Hikmah di balik kasus video "panas" PNS kota kembang - Bandung
Belakangan, berbagai media
dihebohkan oleh kemunculan video “panas” yang disinyalir dilakukan oleh oknum
PNS kota kembang Bandung. Seperti kebanyakan video serupa lainnya, video ini
pun mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak. Meskipun, lebih sering,
judge negativelah yang sering terlontarkan oleh kita yang tak sengaja
mengetahui pemberitaan yang beredar tersebut, entah dari media social, media
cetak atau dari media elektronik.
Saya sendiri pun, tidak mengikuti
secara detail perkembangan dari kasus yang secara tidak langsung pasti menodai
institusi PNS di Negeri ini. Tidak ingat kapan pastinya, selintas saya membaca
judul pemberitaannya di social media ketika saya berselancar di akun jejaring
facebook. Kala itu, hanya kalimat ‘istigfar’ yang terucap, tanpa ingin
menelusur lebih jauh mengenai pemberitaan tersebut.
Hingga sampai pada sore ini,
ketika saya secara sengaja mengikuti program di salah satu stasiun televise swasta,
yang ternyata kali ini, acara tersebut mengundang Mbak Rinada, selaku pemeran
wanita dari video yang saya sebutkan di paragraph awal. Beliau sengaja diundang
untuk memberikan klarifikasi atas video yang menampilkan sosok dirinya yang
tengah beradegan intim dengan sang mantan suami.
Jadi ceritanya, video itu dibuat
pada tahun 2011 lalu. Kala itu, Mbak Rinada yang tergabung dalam sebuah groub
band yang beranggotakan ia dan suami (yang kini berstatus mantan) bersama
beberapa rekan lainnya, diundang oleh Pemkot Bandung untuk mengisi acara yang
tengah Pemkot Bandung laksanakan kala itu.
Seperti acara-acara sebelumnya,
ketika diundang untuk mengisi acara, Mbak Rinada beserta groub, selalu tampil
dengan menggunakan kostum yang sesuai dengan tema acara. Misalnya, ketika yang
menggundang adalah untuk acara kepolisian, mereka akan menggunakan kostum
bertemakan kepolisian, begitu pun acara kali itu. Sang mantan suami, ternyata
telah menyiapkan atribut PNS untuk mereka kenakan saat manggung di acara yang
sudah dipersiapkan pemkot Bandung.
Namun, ketika mencoba kostum yang
disediakan oleh sang suami, tiba-tiba Mbak Rinada dipaksa oleh sang suami untuk
melakukan adegan “panas” tersebut sambil di rekam oleh seorang rekan dari
anggota groub band yang mereka gawangi. Awalnya, Mbak Rinada menolak karena
merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. Namun, sang suami memaksa dan beralibi
bahwa rekaman tersebut hanya untuk dokumentasi pribadi dan tidak akan di salah
gunakan. Akhirnya, dengan berat hati, Mbak Rinada mengikuti keinginan suaminya
tersebut.
Ikhwal perceraian Mbak Rinada dan
suaminya bermula karena ketidaknyamanan yang mulai dirasakan oleh Mbak Rinada
terhadap suaminya tersebut. singkat cerita, akhirnya mereka bercerai. Dimasa
krisis hubungannya dengan sang mantan suami, Mbak Rinada pernah bertengkar
hebat dengan mantan suaminya perihal video yang di buat tahun 2011 itu. Mbak
Rinada meminta paksa CD yang berisi rekaman dirinya tersebut untuk dihancurkan.
Sepengetahuan Mbak Rinada, CD tersebut telah dihancurkan dan tidak ada lagi
file yang berisi video rekaman yang baru-baru ini justru beredar di dunia maya.
Demikianlah klarifikasi dari Mbak
Rinada terkait video yang telah merusak nama baiknya dan keluarga. Tidak hanya
ia dan keluarga, secara tidak langsung, video itu pun kembali menorehkan tinta
hitam kepada institusi Pegawai Negri Sipil.
Mungkin, ada pembaca yang
bertanya, “Lalu apa hubungannya kisah klarifikasi Mbak Rinada ini dengan saya
pribadi?”,”Mengapa saya menceritakan kisah klarifikasi ini di blog pribadi
saya?”, “Apa saya mempunyai hubungan kekerabatan dengan Mbak Rinada sehingga
menjadikan saya harus membantu membersihkan namanya?” atau bagaimana?
Ya.. sebelumnya saya ingin
mengatakan bahwa saya tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali dengan beliau.
Saya menuliskan ini semua, murni karna keprihatinan saya terhadap apa yang kini
menimpa beliau. Serta sebagai bentuk kepedulian saya terhadap “perempuan” yang
sering kali menjadi objek tindakan kejahatan.
Melalui tulisan ini, saya mencoba
untuk menarik beberapa hikmah yang bisa diambil, yang Insyaallah bisa
memberikan pelajaran kepada kita, terutama perempuan.
- Dari kisah ini, kita diajarkan untuk tidak cepat memberikan statement atau judge terhadap orang lain, berkaitan dengan pemberitaan yang kita lihat atau yang kita dengar. Kita, dituntut untuk melakukan tabayyun terlebih dahulu atau proses cek dan ricek terhadap suatu informasi. Proses cek dan ricek itu, tentu saja kita lakukan kepada sumber yang bersangkutan secara langsung, bukan kepada pihak ketiga. Agar, proses tabayyun tersebut menghasilkan kemanfaatan, bukan justru sebaliknya.
2. Hikmah
kedua yang bisa dipetik dari cerita Mbak Rinada di atas ialah, kita diajarkan
untuk berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan, terutama yang berkaitan
dengan hal-hal berbau pribadi. Terutama kepada pasangan suami istri. Hindari
untuk melakukan rekaman atas hubungan yang hanya anda dan pasanganlah yang
berhak untuk menyaksikannya. Sekalipun untuk dokumentasi pribadi, hindari
merekam dan menyimpan “hal” tersebut. meskipun kita tidak akan
menyebarluaskannya, namun kita tidak tidak tahu apa yang akan terjadi
kedepannya. Bisa saja, file tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak
bertanggung jawab. Jika sudah begitu, siapa yang rugi?
Hal ini tentu
saja bukan hanya warning untuk pasutri (pasangan suami istri). Untuk Busutri
alias bukan suami istri pun, ini merupakan larangan keras. Jangankan untuk
merekam dan menyebarluaskan, melakukan adegan itu saja sudah pasti dilarang.
Berkaitan dengan
hal ini, tentu kita akan merasa risih melihat pasangan muda-mudi yang tidak
terikat ikatan halal, dengan gampangnya mengekspos video atau sekedar foto ke
dunia maya, entah itu facebook, twitter, path, instagram, dsb. Parahnya lagi,
foto yang diunggah merupakan foto yang tidak senonoh atau berbau pornoaksi dan
pornografi. Jika dipandang dari sisi duniawi, mungkin apa yang kita lakukan itu
memberi kesan menyenangkan. Tapi percayalah, bahwa itu hanya akan merugikan
diri sendiri.
Karena teknologi
sudah semakin canggih. Foto yang biasa-biasa saja, bisa di edit menjadi luar
biasa. foto yang sopan-sopan saja, bisa di ubah menjadi sebaliknya. Na’udzubillah..
Dari kisah Mbak
Rinada di atas, bisa kita ambil kesimpulan. Bahwa, yang sudah menikah saja bisa
jadi bercerai dan akhirnya menjadi musuh. Kemudian pasangan yang sakit hati
terhadap kita, bisa melakukan tindakan yang akhirnya merugikan kita. Apalagi hubungan
yang tidak ada ikatan resminya sama sekali. Kalau sudah begitu, ujung-ujungnya
yang merugi adalah pihak perempuan. Sebelum hal itu terjadi, maka alangkah
bijaknya jika kita lebih memperketat pengamanan diri. Karena mencegah lebih
baik dari pada mengobati.
3. “Teknologi
itu ibarat dua mata pisau, ” begitu kata seorang psikolog yang dihadirkan untuk
memberi masukan atas kasus yang menimpa Mbak Rinada di atas. Ketika kita
menggunakannya dengan baik dan penuh kehati-hatian, kita tidak akan dilukai
oleh mata pisau yang tajam. Tapi sebaliknya, ketika kita menggunakannya secara
sembrono atau sembarangan, ada kalanya nanti kita akan terluka karnanya. Jadi,
kita diajarkan untuk bijak dalam menggunakan fasilitas teknologi yang ada di
sekita kita.
4. Terkhusus
kepada saudari-saudari yang saya cintai.. berhati-hatilah ketika melakukan
pemotretan diri yang kemudian di save di gadged pribadi milik anda. Hindari melakukan
pemotretan atau perekaman yang di dalamnya berbau unsur-unsur erotisme. Misalnya,
untuk yang sudah berhijab. Hindari berpose dengan melepaskan jilbab yang
sehari-hari anda kenakan. Tak hanya untuk yang berhijab, untuk yang belum
berhijab pun, berhati-hatilah dalam berpose. Apalagi untuk di share ke media social.
Please… karna kejahatan itu mengintai kita setiap saat. Bisa saja, gadged kita
di curi orang, kemudian file di dalamnya di salah gunakan. Foto erotis milik
pribadi akhirnya bisa berpindah ke tangan yang tak bertanggung jawab. Kan ngeri….
5. Karna
Insyaallah sebentar lagi saya akan jadi ibu ^^, maka untuk yang nomor lima ini,
ada sedikit hikmat yang ingin saya bagi kepada para ibu-ibu dan juga
bapak-bapak terkait postingan foto anak-anak. Beberapa waktu lalu kita sempat
dirisaukan dengan kasus pedhofilia. Kelainan seksual yang menjadikan anak-anak
sebagai korban. Tak di sangka tak di duga, salah satu pintu gerbang si pelaku
untuk mendapatkan anak-anak yang akan dijadikan korbannya, ialah melalui media social.
Mereka sering berselancar di dunia maya, khusus mencari anak-anak yang akan di
jadikan korban selanjutnya. Nah, momz.. (cieee), alangkah lebih baik kita
berhati-hati dalam memposting foto-foto anak-anak kita. Jangan sampai, kelucuan
anak-anak kita menjadi incaran para saiko yang mengincar anak-anak untuk
dijadikan objek kejahatan.
Itulah sedikit hikmah yang bisa
kita ambil dari pengalaman dari Mbak Rinada di atas. Saya minta maaf jika
tulisan ini terkesan menggurui atau apapun itu. Please… forgivee me. Saya hanya
mencoba memetik hikmah dan membagikannya. Semoga ada yang tecerahkan. Jika dianggap
tak memberi arti, maklumlah, saya hanya penulis kelas teri ^^
0 Response to "Hikmah di balik kasus video "panas" PNS kota kembang - Bandung"
Posting Komentar