Amalan menjadi debu karena tidak ada hal ini. Yuk kenali..

IkhlasSesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya."(HR.Bukhari- Muslim)

Ikhlas adalah ruhnya amal. Tanpa adanya keikhlasan, amalan sebesar apapun tidak akan berarti apa-apa di sisi Allah Subhanahuwata’ala. Karena, secara istilah, ikhlas berarti melakukan amalan hanya berharap Ridha dari Allah semata; bukan karena seseorang atau sesuatu yang bersifat keduniaan. Intinya, ikhlas adalah amalan hati ; dimana kita berusaha untuk membersihkannya dari tujuan-tujuan selain dari hanya mengarapkan keridhaan Allah Subhanahuwata’ala. 


Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Keikhlasan niat dalam hati terlafazkan dalam Qs. Al-An’am ayat  162, “ Katakanlah : “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Hanya saja, sering kali pengaplikasiannya dalam kehidupan nyata tidak semudah melisankannya. 

Tapi, ada satu hal yang bisa kita jadikan pedoman, apakah kita sudah ikhlas dalam beribadah semata karena Allah subhanahuwata’ala, atau masih mengharap sanjungan manusia semata. 

Karena keihlasan adalah amalan hati, maka hanya diri kita dan Allah saja yang tahu. Apakah benar amalan yang kita lakukan murni karena Allah, atau hanya wujud dari keinginan untuk disanjung dan dipuja oleh mata-mata manusia. Maka, kita bisa menilai diri sendiri apakah ikhlas itu sudah ada di dalam hati atau belum bersandar jua di balik bilik hati ini. Caranya, dengan mengamati amalan-amalan kita terutama diwaktu-waktu sendiri. Jangan sampai, kita menjadi ahli ibadah ketika berada di tengah-tengah jamaah. Namun justru menjadi pendiri-pendiri maksiat ketika diri sedang sendiri. 

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.
Dalam sebuah hadist disebutkan, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Maka, salah satu ciri orang yang ikhlas dalam beramal adalah; ia tetap beramal ibadah walau sendiri, dan tetap beramal meski tak di puji. Dalam artian sederhana, kualitas ibadahnya sama ketika berada ditengah ramai atau di saat ia sendiri. 

Semoga kita senantiasa termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mengikhlaskan setiap  amal iabdahnya hanya karena Allah subahahuwat’ala. aamiin



2 Responses to "Amalan menjadi debu karena tidak ada hal ini. Yuk kenali.."

  1. Terima kasih tulisannya, Mba.
    Jadi pengingat diri, insyaallah.
    Salam kenal^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf baru balas ya mba..
      sama sama mba..
      terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak :)

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel