KARMA itu ada..
Bukan karma yang
jadi judul lagunya Coklat. Bukan juga karma suaminya kak Umi :D
Tapi ini tentang
KARMA, yang dalam KBBI Online artinya perbuatan manusia ketika hidup di dunia ;
hubungan sebab akibat.
Percaya ga
percaya, tapi saya sendiri percaya dengan adanya KARMA. Sebab beberapa kali
pernah kena. Haha.. termasuk kisah ini salah satunya.
Sebenarnya, saya
tidak menemukan pengantar yang tepat untuk menjelaskan isi pikiran saya saat
ini. Tapi yasudahlah. Baca saja, Insyaallah engkau kan mengerti J
Jadi sore
kemarin, salah seorang sahabat saya –pada akhirnya-, jujur mengenai “isi hati
dan pikirannya” terhadap saya selama ini.
Ia mengaku,
bahwa dulu, meskipun kami sering bersama dalam sebuah kebersamaan di kelompok
kecil yang terdiri dari 5 orang cewek kece bin ajaib, ternyata ia memiliki
pemikiran negatif terhadap diri saya ini. #hiks T_T
Sebab, diantara
kami berlima, bisa dikatakan bahwa saya berbeda. Dari segi penampilan. Saya
berkerudung lebar, always pake rok, baju kegedean, ga suka dandan, kucel gitu
lah ya.. pokoknya dari segi style “ngga banget” deh untuk temen saya ini, yang
notabene nya kebalikan dari saya 180 derajat.
Diantara kami
berlima, hanya saya yang rela, ngisi waktu untuk capek-capek syuro, jadi
panitia acara seminar, ngurusin asistensi, ikut liqo, de es be, yang
aktivitasnya itu seabrek. Yang paling susah di ajak ngumpul. Apalagi sekedar
nonton bareng.
Pokoknya saya
beda sendiri.
Jadi dengan
keberbedaan itu, ada satu label yang pernah sahabat saya ini tuliskan di jidat
saya ; ALIRAN SESAT.
Waduuuuuuh.
Beneran.
Tapi, beliau
hanya mendam dalam hati. Ga pernah ngeluarin kata-kata yang buat saya perih
hati. Karena perlakuaannya ke saya sama dengan kepada ketiga yang lainnya.
Intinya ga pernah buat saya ngerasa di anak tirikan di kelompok ini.
Kenapa dia
berfikir begitu, karena ya itu tadi; keberbedaan saya dengan yang kebanyakan
teman-teman di kampus yang sering dilihatnya.
Hingga pada
akhirnya, Allah sendirilah yang menyadarkan sahabat saya ini bahwa apa yang ada
difikirannya itu tidaklah benar. Suatu ketika ia dihadapkan pada satu kondisi
yang membuat ia sadar bahwa apa yang ia lakukan, fikirkan, dan jalankan selama
ini, cukup jauh dari pada apa yang Allah inginkan.
Sederhananya, ia
merasa mendapat HIDAYAH dari Allah Swt.
Suatu ketika,
saya berujar ke salah satu sahabat lainnya di kelompok kecil ini,” Udah syar’i
khimarnya sekarang. Alhamdulillah..”
“iya, tapi
katanya jangan bilang-bilang rani.”
JLEB!! Ngenes
banget ini rasanya hati.
“Kenapa? Ada
apa? Apa salahku?” agak drama.
“Takut dicemooh
Rani.”
Doble JLEB!!!
Ah.. sebegitunya
kamuh memandang akuh? #gerimis
Sumpah pemirsah. Saya kaget mendapat jawaban itu.
Seburuk itukah saya dimatanya? Padahal saya berbahagia melihat perubahannya.
Tidak akan saya cemooh. Untuk apa? Apa untungnya?
Jadi, sore
itulah saya baru mendapatkan klarifikasi dari sahabat saya tersebut. Perkara
cemooh mencemooh ini.
Benar bahwa ia
takut dicemooh oleh saya. Tapi bukan karena saya yang bertabiat begitu. Tapi
karena dia justru pernah melakukan hal demikian kepada saya.
Beliau merasa
malu ketika harus berhijab syar’i di depan saya, seperti yang selama ini saya
kenakan, karena dulu ia pernah mencemooh saya dengan apa yang saya kenakan ini.
Jadi, istilahnya
sahabat saya ini kena KARMA atas apa yang ia pikirkan sendiri tentang saya.
Kami tertawa
bersama dalam obrolan sore itu. Banyak hal yang kami diskusikan yang manjadikan
hangat suasana kampus yang sampai hari ini jadi saksi kebersamaan kami.
Kami saling
berbagi pengalaman. Saling menguatkan. Saling mengkaji “makna” dibalik
peristiwa yang pernah kami alami bersama.
Ya, sore yang
hangat. Sambil memandangi wajah Haitsam yang sedang tidur akibat kelelahan
bermain.
Ada satu hikmah
yang bisa saya petik di kejadian yang tadi itu. Ini pesan untuk seluruh
muslimah yang belum berhijab secara syar’i.
“jangan
memandang sinis kepada mereka yang memilih untuk berhijab syar’i. Jika kamu
belum mampu untuk itu, paling tidak hargai ia dengan keputusannya. Jika kamu
melihat akhlaknya bertolak belakang dengan apa yang ia kenakan, jangan
menyalahkan apa yang ia gunakan. sebab ketaatan itu butuh proses. Berhijab
syar’i adalah salah satu sarananya. Intinya, jangan memandang sinis kepada
mereka, sebab mereka pasti punya alasan, punya latar belakang, punya kisah
tersendiri hingga pada akhirnya memilih untuk seperti itu. jangan memandang
sinis kepada mereka, sebab bisa jadi suatu hari nanti dirimu juga akan
mengenakannya.”
Dan pesan untuk
muslimah yang sudah berjilbab syar’i:
“jangan
memandang sinis kepada mereka yang belum berhijab syar’i. sebab hal itu karena
mereka belum melewati proses seperti yang kamu lewati. Ia belum memahami
sesuatu yang engkau pahami. Ia belum mengerti atas kenapa ia harus berhijab
syar’i. Jangan memandang sinis. Jangan ngejudge. Jangan.. jangan.. jangan...
cukup doakan dalam hati. Nasehati jika memang ada jalurnya, ada kesempatannya.
Atau memang ia meminta. Semoga suatu hari nanti ia mengerti dan akhirnya
memilih untuk berhijab secara syar’i. “
HIDAYAH itu
punya Allah. Hak nya ALLAH. Terserah Allah mau di kasih sama siapa atau di
cabut dari siapa. Barang siapa Allah beri petunjuk, ga ada yang bisa
menyesatkannya. Barang siapa yang Allah sesatkan, maka ga akan ada yang bisa
memberinya petunjuk.
Bagi yang
ngerasa udah ada panggilan untuk berhijab syar’i, maka segerakanlah, saudariku.
Jangan ditunda-tunda. Jangan berkata, saufaa.. saufaa.. (nanti.. nanti..) Sebab,
ga ada yang bisa ngasih garansi kita hidup akan lama. Ga ada yang bisa menjamin
kita bisa dapat HIDAYAH kaya gini lagi nantinya. Jangan sampai kita MATI dalam
kondisi kita belum menjalankan kewajiban yang satu ini.
Bagi yang sudah
berhijab secara syar’i, jangan berbangga hati. Kewajiban selanjutnya adalah
terus menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Kewajiban
selanjutnya ialah terus gempur diri dengan ilmu agama, agar kita semakin indah
dimata-Nya. Dan tentu saja, kewajiban kita memberi teladan agar lebih banyak
lagi yang berhijab syar’i.
Oh iya, ada
lagi..
Ketika kita
mendapati ada saudari kita yang melakukan kesalahan, padahal ia sudah berhijab
syar’i, maka sekali-kali jangan menghakimi. Jangan berujar, #akhwatkokgitu..
sebab apa? Kita bukan sang hakim kawan.. seperti kita, bahwa dianya juga
manusia. Manusia itu tempat salah dan khilaf. Ia yang cela dimata kita, bisa
jadi lebih bertaqwa dimata Allah Swt.
Jangan memandang
saya sinis begitu...
Semua yang saya
tuliskan, berupa nasihat atau apalah itu namanya, semua juga untuk diri saya
sendiri. Ini adalah cara saya untuk mengingatkan diri sendiri. Menulis atau
menyampaikan kepada orang lain adalah cara saya untuk memasang alarm pengingat
untuk saya pribadi.
Jadi, kalau ada
di satu kesempatan, dirimu melihat saya keliru, maka, nasehatilah saya. Sebab
saya butuh itu.
“Ya Allah.. wahai yang Maha Membolak balikkan hati
manusia. Tetapkanlah hati kami untuk senantiasa istiqomah di jalan-Mu.
Janganlah Kau condongkan hati kami kepada keburukan. Setelah Engkau condongkan
hati kami kepada kebaikan.”
“Ya Allah.. janganlah Kau hukum aku sebab pujian
yang mereka tujukan padaku. Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka
sangkakan kepadaku.”
Aamiin Yaa Robb..
0 Response to "KARMA itu ada.."
Posting Komentar