Untuk ikhwan-akhwat yang Rindu menikah

Kadang rasanya ngilu, melihat postingan-postingan muslimah angkatan muda yang begitu getol menyuarakan nikah muda. Saya resah –beneran-, dengan postingan-postingan yang berisi kegalauan dari seorang ukhti-adinda yang berisi pertanyaan tentang kapan jodoh akan meminang. Atau postingan-postingan berupa meme, caption, dan sebagainya yang berisi tentang tema yang sama.
Kita ketahui, banyak akun-akun media sosial semisal instagram yang getol menyuarakan tentang nikah muda, yang pada akhirnya membuat para muslimah ber-eufhoria mendeklarasikan dirinya “Aku siap nikah muda”. Padahal, perkara menikah bukanlah perkara sesederhana upload foto dimedia sosial! Ia merupakan perjanjian yang berat, karena melibatkan Allah Subhanahuwata’ala dalam ikrarnya.

Menikah, adalah sebuah ibadah yang akan dijalani sepanjang sisa usia. Bagi muslimah, menikah tak hanya akan mengganti statusnya dari seorang anak gadis menjadi seorang istri, tapi juga akan berstatus sebagai seorang ibu, Insyaallah. Jika kita mengaku siap menikah muda, maka itu artinya kita siap menopang kedua tanggung jawab yang besar ini.

Lalu, sudah seberapa banyak kah bekal yang kita siapkan untuk menjalani keduanya?

Ketahuilah, jodoh tidak akan datang hanya karena kita sering posting kegalauan tentang hal tersebut. Jodoh tidak akan datang hanya karena kita sering berkeluh kesah tentangnya di media sosial. Jodoh tidak akan datang hanya karena kita sering stalking akun yang mengkampanyekan nikah muda. Terlebih, jodoh tidak akan datang hanya karena kita sering kirim postingan yang isinya tentang #kodeuntukdia! BIG NO!

Tapi, jodoh akan datang ketika Allah memandang bahwa kita memang sudah siap untuk diberi amanah dan tanggung jawab demikian. Maka hal yang mesti kita lakukan agar jodoh itu datang adalah memantaskan diri dihadapan-Nya, bukan justru dihadapan si dia. [titik]

Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk itu, maka cobalah untuk mengurangi kegalauan yang kita tampilkan dimedia sosial tentang pertanyaan kapan jodoh itu akan datang. Terlebih lagi memposting postingan yang sejujurnya membuat kita dipandang sebelah mata oleh lawan jenis kita, atau mungkin membuatnya ilfeel melihat kita.

Contoh, memposting foto dengan ditambahin meme semisal; Abang kapan datang ke rumah ketemu abi umi?, atau “Siap dipinang”, atau “Calon umi sholehah”, atau caption dan meme lainnya yang lebih nyeleneh dari pada itu

Please, dear.. Jangan lakukan itu...

Karena laki-laki yang berpenyakit hatinya hanya akan mentertawakan postingan seperti itu, bahkan menjadikannya bahan bullyan di grub-grub media sosial mereka. Atau bagi laki-laki yang hatinya terjaga, justru hanya akan membuat kita tak masuk dalam daftar istri sholehah yang diidamkannya. Maka menjaga diri dari kode-kode semisal adalah salah satu cara untuk memantaskan diri kita dihadapan Allah.

Lebih baik sibukkan diri kita dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Menghadiri majelis ilmu, membaca buku agama, menambah hafalan Al Quran dan memperbaiki bacaannya, mengkaji ilmu parenting, aktif dikegiatan dakwah dan sosial, dan sebentuk aktivitas bermanfaat lainnya. Yang paling penting, jangan melulu berusaha memantaskan diri menjadi pendamping si dia. Tapi pantaskanlah diri untuk menjadi lebih dari itu, yaitu seorang ibu. Bagi ikhwan, menjadi seorang ayah.

Duh.. emak yang satu ini nyinyir sekali ya >”<

Hahaa.. saya nulis ini karena udah ngelewatin fase tersebut dulunya. Dan sekarang baru ngerasa malu pisan eeeuuy. Malu karena melihat itu difenomena sekarang. “Saya dulu gitu lhoooooo”, membathin. Dan ga ingin kamunya ngerasain malu kaya saya. Serius!
Beruntungnya saya, ikhwan yang ta’arufan sama saya dulu ga punya akun medsos, jadi ga tahu gimana track record postingan saya yang nge-alay dahulunya. #Maapyabii

So... dari pada berharap taarufan sama ikhwan yang ga main sosmed –sama sekali- (Dan sebaliknya) yang rasa-rasanya jaman sekarang akan langka, mending dari sekarang postingan kitanya aja yang dibenahi jadi lebih elegan.

No postingan galau bin alay pasal jodoh. No nge-share postingan pasal taujih nikah, kajian pra nikah, de es be. Kalau memang diperlukan, via japri aja. tapi jangan lintas gender ya :D

Ada cerita, salah seorang temen liqoan saya akhirnya nolak sang ikhwan karena pas masa mereka ta’ruf, sang ikhwan ngetag-ngetag taujih nikah gitu ke si akhwat. Memang siiiih, ngetag yang lain juga. Tapi yaa-apaaan-. Elegan dikit, napa?! T

Dan saya, juga ngga banget dengan ikhwan jomblo yang memenuhkan akunnya –Hanya dengan tema pernikahan-. Umat ini butuh pemuda yang TIDAK MELLOW!!! CATAT!!!

Dan saya yakin akan ada yang berdalih, jika pernikahan kan awal peradaban!

Ya, sepakat!

Tapi ikhwan, perkara “nikah” itu cukup untuk kau AKSI-kan dengan AKSI nyata di DUNIA NYATA. Bukan dirimu PERTUNJUKKAN dalam setiap postingan medsosmu. Pas giliran diminta CV-nya untuk ditaarufin, jawabanny, “Nanti dulu..”

Ah, sudahlah!

*Jika postingan ini bermanfaat, silahkan di share dengan menyebutkan sumbernya. Yang ngerasa tersinggung, saya siap di unfriend.



Ditulis oleh : Maharani Yas 

3 Responses to "Untuk ikhwan-akhwat yang Rindu menikah"

  1. Terimakasih kakak
    Postingannya membuat melek mata yang sudah terbuai dengan meme tema "nikah" yang tersebar di medsos.
    ini seperti sedang menegur seseorang yang sedang melamun.

    :) semoga kak Rani bisa menebar postingan yang membangun lagi,
    Hwaiting!! ^^9

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kembali ya dek mel udah mampir dan meninggalkan jejak ^^
      Aamiin Yaa Robb..Insyaallah ya dk..
      kak tunggu tulisan dek mel, bukunya juga :)

      Hapus
  2. Aamiin..
    Mohon dukungan dan bimbingannya kak.
    Mel sangat senang bisa diskusi banyak sama kakak tentang kepenulisan :)

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel