8 Dampak Negatif Gadget Terhadap Anak

    Bismillahirrahmanirrahiim...
    Assalamualaikum..
    Lagi, sudah lama lagi laman ini tidak dikunjungi. Penyakitnya amsih sama, terlalu banyak alasan untuk tidak mengisinya dengan tulisan. Mohon dimaafkan ^^


Tapi Alhamdulillah, Hari Selasa tanggal 09 Oktober 2018 lalu ada seminar parenting di Mall SKA Pekanbaru. Pembicanya adalah Ibuk Hj. Aida Malika, seorang psikolog. Saya sendiri sudah ngga asing dengan beliau. Beberapa kali pernah ketemu dibeberapa agenda.

Nah awalnya ngga kepikiran mau ikut. Ngga kebayang aja acaranya di Mall soalnya. Tapi berhubung ada teman yang ajak, Uminya Sholehudin Al Ghiffary, jadilah saya pergi juga. Bismillah.. lurusin niat. Pergi acara beginian bukan buat gaya-gayaan. (Hellowww... aku ikut acara ini loh...) Ngga yaa.. ngga gitu. Tapi nge-ilmu. Niatnya cari ilmu buat diamalkan.

Teringat kalimat Ustadzah Jul Prima Mutia, jangan sampai pergi-pergi majelis ilmu itu hanya sebatas Rihlah Fikriyah aja. Maksudnya, Cuma untuk datang, duduk, diam, dengarkan. Tanpa adanya perbaikan atas pelaksanaan di lapangan. Nah, Naudzubillahimindzalik.
Dan dalam rangka mengikat ilmu yang sudah disampaikan oleh Bu Aida, catatan yang sudah saya buat dibuku alakadarnya, saya coba tuang kembali di sini. Semoga bermanfaat ya 




Jadi waktu itu judul materinya adalah “8 Dampak Negatif Gadget Pada Anak”

Ya, siapa sih yang ga kenal gadget saat ini? Apalagi anak-anak kelahiran tahun 2000-an. Mereka adalah para digital native.

Istilah Digital Natives dan Digital Immigrants diciptakan oleh seorang konsultan pendidikan bernama Marc Prensky pada tahun 2001 dalam artikelnya yang berjudul Digital Natives, Digital Immigrants. Generasi Digital Natives adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990). Sedangkan generasi Digital Immigrants adalah generasi yang lahir sebelum 1990. Namun setelah tahun 2000 seiring dengan kemajuan teknologi dan penetrasi Smartphone yang semakin masif, anak-anak saat ini betul-betul Digital Natives. Sehingga menjadi hal lumrah bahwa saat ini anak-anak yang lahir setelah tahun 2000 sudah mahir mengoperasikan Smartphone sebelum usianya 3 tahun. Beberapa beranggapan hal ini sebagai sesuatu yang hebat. Sumber dari sini


Padahal, dibalik beragam manfaat yang didapat dengan ketersediaan gadget saat ini, ternyata dampak negatifnya pun tak bisa kita abaikan begitu saja. Apalagi jika yang menggunakan gadget ini adalah anak-anak diusia dini.


Apakah anak-anak tidak boleh menggunakan gadget sama sekali?
Nah, Penggunaan gadget pada anak menurut APA (American Pediatric Association), terbagi atas:
- usia 0 - 2 th. Diusia ini anak tidak boleh terpapar gadget sama sekali.
- usia 3 - 5 th, maksimal 1 jam/hari
- usia 6 - 18 th, maksimal 2 jam/hari

Apabila penggunaan gadget pada anak melebihi ketentuan yang disebut di atas, maka akan memberikan dampak yang negatif terhadap tumbuh kembangnya.

Lalu apa saja dampak negatif penggunaan gadegt pada anak? Paling tidak terdapat 8 dampak negatif yang harus diwaspadai oleh kita selaku orang tua

1.    Mengganggu pertumbuhan otak
Pertumbuhan otak anak di 1000 hari kehidupan pertamanya amatlah pesat. Pada fase ini, orang tua dianjurkan untuk memberikan stimulasi yang tepat kepada anak, agar pertumbuhannya optimal. Namun, tidak dengan gadget. Radiasi yang dipancarkan oleh gadget dapat mengganggu perkembangan otak anak.

2.    Mengganggu waktu tidur
Bukan karena tidak bisa tidur akhirnya kita main gadget, tapi justru karena main gadgetlah kita jadi tidak bisa tidur. Iya apa iyaa? :D
Hal ini pun berlaku untuk anak-anak apabila mereka sudah keasyikan bermain gadget. Apabila wakt itidur terganggu, anak-anak akan bangun dengan kondisi tubuh yang tidak fresh.  Padahal, anak harus memulai aktivitas untuk tidur ketika pukul 9 malam, agar ia sudah bisa lelap dalam tidurnya pada pukul 11 sampai jam 3 dini hari. Fase ini disebut dengan fase Deep sleep atau tidur dalam (lelap). Pada fase ini tidak ada mimpi sama sekali, karena anak sudah tidur sangat lelap. Hal ini akan membuat ia bangun dengan segar di pagi hari dan bersemangat memulai aktivitas hariannya. Namun jika anak tidak bisa mencapai deep sleep ini karena penggunaan gadget secara berlebihan, hal ini akan menimbulkan masalah yang lain lagi.

3.    Obesitas
Penggunaan gadget secara berlebihan membuat anak kurang untuk bergerak. Hal ini membuat otot-ototnya tidak terstimulasi dengan maksimal. Kurangnya aktivitas gerak ditambah dengan pola makan yang tidak baik (berlebihan) karena biasanya anak bermain gadget disertai dengan cemilan disampingnya, membuat peluang untuk obesitas lebih besar terjadi pada anak.

4.    Kecanduan
Apa tanda anak sudah kecanduan gadget? Sudah tidak bisa dilarang dan atau akan marah jika penggunaannya dibatasi atau dihentikan. Akibatnya, anak menjadi tantrum.
Bahkan ada penyakit baru yang disebut Nomophobia atau no-mobile-phone phobia) adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam (atau akses ke telepon genggam). Anak akan kehilangan arah, tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan sebagainya.

5.    Terpapar radiasi
Perlu kita ketahui bahwa radiasi yang ada pada gadget tidak tergantung pada hidup atau matinya paket data internet dari gadget yang kita gunakan. Selagi perangkat gadget itu hidup, maka saat itulah radiasi akan tetap ada. Seperti yang dijelaskan di awal, radiasi dapat menggangu tumbuh kembang otak anak. Belum lagi, menurut WHO, radiasi yang terdapat pada gadget adalah salah satu pemicu penyakit kangker.

6.    Pikun digital
Gerakan yang serba cepat yang dilihat anak pada layar gadgetnya, membuat anak memiliki rentang perhatian yang pendek. Hal ini membuat anak sulit fokus pada satu hal, dan mudah berganti fokus. Hal ini memicu kondisi yg disebut pikun digital. Anak yg terlalu banyak terpapar gadget, akan sulit utk memusatkan perhatiannya pada satu kegiatan. Jika dibiarkan, hal ini akan mengganggu proses belajarnya nanti.

7.    Menghambat tumbuh kembang anak
Ada berbagai aspek tumbuh kembang anak, antara lain fisik atau motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional dan kemandirian. Berbagai aspek tumbuh kembang ini akan terganggu jika anak hanya menghabiskan waktunya dengan bermain gadget. Anak yang hanya duduk diam dengan gadgetnya, akan sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga akan mengganggu perkembangan fisiknya karena anak kurang gerak. Menghambat aspek perkembangan bahasanya karena tiadanya interaksi dengan sesamnya, dan sebagainya.
Tentang aspek tumbuh kembang anak ini bisa dilihat di sini

8.    Anak cendrung agresif
Konten bergerak yang dilihat anak pada gadgetnya membuat otaknya harus berproses dengan cepat pula untuk menangkap informasi yang dilihat dan didengarnya. Padahal otak anak belum mampu untuk itu. Hal ini membuat anak menjadi overstimulus. Belum lagi jika konten yang dilihatnya adalah konten-konten negatif seperti games perang-perangan. Akibatnya anak menjadi cendrung agresif.

Nah, demikianlah 8 dampak negatif yang bisa terjadi pada anak jika menggunakan gadget secara berlebihan.

Lalu bagaimana solusinya jika anak sudah terlanjut kecanduan gadget?
Tidak ada kata lain selain memperbaikinya. Paling  tidak ada 8 cara yang bisa kita berlakukan untuk memperbaiki kondisi yang sudah terlanjur ini, dengan cara:
1.    Buat kesepakatan, kapan boleh bermain gadget, dan kapan tidak boleh.
2.    Kesepakatan harus dibuat dengan melibatkan anak, jika anak sudah bisa diajak berbegosiasi
3.    Orang tua harus melakukan pengawasan dan pendampingan
4.    Konsisten dan komitmen. Jangan memberi ruang pemakluman karena anak akan menjadikan itu celah untuk ‘mengalahkan’ aturan yang sudah dibuat
5.    Berlakukan waktu untuk gadget free. Misal GFOS (Gadget free on Sunday)
6.    Batasi durasi penggunaan gadget
7.    Berikan contoh kepada anak. Jangan sampai orang tua melarang anak menggunakan gadget tapi orang tua bebas kapan waktu menggunakannya.
8.    Berikan alternatif kegiatan. Dampingi anak bermain, membaca buku atau melakukan kegiatan bersama lainnya.

Sharing tambahan dari saya. Haitsam saat usianya 2 tahun, pernah hampir kecanduan gadget. Marah jika HP-nya diambil (HP abinya). Haitsam bisa buka kunci layar Hpnya yang menggunakan pola. Karena kami sudah menangkap tanda-tanda kalau Haitsam kecanduan nonton videonya sendiri padahal, no youtube, akhirnya kunci layarnya diubah. Ngga pake pola tapi angka. Jagan sampe Haitsam tahu. Akhirnya haitsam ga bisa buka. Ngamuk, dong.... dibiarin aja sampe puas nangisnya. Baru habis itu dipeluk dan kasih pengertian pelan-pelan. Setelah itu diajak untuk main atau berkegiatan yang lain. Juga baca buku. Alhamdulillah ngga butuh waktu lama Haitsam lupa sama HP. Kadang-kadang iseng kalo ngelihat HP umi abinya, haitsam langsung ambil dan main. Tapi percuma ngga bisa di buka. Hahaaa.. (ketawajahat)
  
Sebagai penutup, saya teringat pesan Bunda Onya waktu ikut kelas parentingnya beliau. Bunda Onya bilang, anak kita NGGA AKAN jadi anak yang gaptek kok hanya karena ngga dikasih main gadget diusianya saat ini. gadget bisa menunggu untuk dipelajari, tapi pertumbuhan anak hanya berlangsung “satu kali”. Jangan sampai kita menyesal karena memberikan waktu “satu kali” itu pada gadget, bukan pada diri kita sendiri.



0 Response to "8 Dampak Negatif Gadget Terhadap Anak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel