Review Materi Jumpa Pakar Millenial Parent Skill

Bismillahhirrahmaanirrahi...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Apa kabar blog yang sudah berdebu ini? Semoga kamu baik-baik saja meski jarang dikunjung.



Alhamdulillah, hari ini dapat kesempatan hadir dimajelis ilmu yang diadakan oleh Brand Pigeon dan Majalah Ayah Bunda. Acara bertema Jumpa Pakar Millenial Parent Skill ini membahas Pola Pengasuhan Terkini dan Stimulasi Optimalkan Tumbuh Kembang Anak untuk Menjadi Anak Sehat dan Cerdas sejak dini. Materi pertama disampaikan oleh  dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH.  dr. Bernie Endyarni Medise merupakan seorang Dokter Spesialis Anak yang memiliki pengalaman selama 22 tahun di bidangnya. (Sumber : klik disini)



Materi pertama ini membahas pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik. Yang dikatakan pertumbuhan itu adalah adanya pertambahan jumlah. Jumlah apa? Jumlah berat badan, jumlah tinggi badan, yang seperti itu. pertumbuhan anak dianggap normal jika pertambahan jumlahnya sesuai dengan bertambahnya usia.



Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ  atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu. (Sumber : klik disini)


Beberapa aspek perkembangan anak antara lain (Sumber Buku Rumah Main Anak - Julia Sarah Rangkuti) :

  •     Aspek perkembangan fisik atau motorik anak. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Perkembangan ini sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak, sesuai dengan stimulasi yang didapatkannya. Perkembangan motorik ini terbagi atas 2, motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah aktivitas motorik yang mencangkup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan. Contoh dari kemampuan ini adalah kemampuan duduk, menendang, berjalan, berlari, melompat dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah aktivitas yang melibatkan otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Perkembangan ini bisa dirangsang dengan berbagai permainan seperti menyusun puzzle, menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, meronce dan sebagainya. Perkembangan motorik anak yang satu dengan yang lainnya berbeda sesuai dengan stimulasi yang sang anak dapatkan. Jadi, orang tua tidak bisa membandingkan perkembangan anaknya dengan anak orang lain. Tapi, tetap ada panduan yang bisa digunakan orang tua untuk mendeteksi apakan perkembangan motorik anaknya sesuai dengan yang semestinya ataukah tidak.
  •     Aspek perkembangan kognitif. Aspek ini adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak) anak. Ranah ini berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk kemampuan menghapal, memahami, mengaplikasi, menganalisa, dan kemampuan mengevaluasi.
  •     Aspek perkembangan bahasa. Kemampuan berbahasa seorang anak yterbagi atas dua, yaitu kemampuan ekspresif dan reseptif. Kemampuan ekspresif adalah kemampuan yang menghasilkan suara atau kata-kata secara lisan, isyarat atau gestur, atau bentuk tertulis dalam menyampaikan pesan. Sedangkan kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memproses dan memahami pesan dari bahasa, baik tertulis, lisan, maupun isyarat atau gestur.
  •     Aspek perkembangan sosial-emosional dan kemandirian.



Nah, pada materi ini dr. Bernie lebih menekankan kepada para orang tua untuk benar-benar memaksimalkan tumbuh kembang anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK ) sang anak. Seribu hari pertama itu dimulai dari sejak masa kandungan selama 270 hari, kemudian 365 hari di tahun pertama kelahirannya dan ditambah lagi 365 hari di tahun kedua kelahirannya. Artinya, ketika anak berada pada 0-2 tahun kehidupannya di dunia.

Ada dua hal yang mendukung tumbuh kembang sang anak, yaitu nutrisi dan stimulasi. Nutrisi untuk sang anak harus diperhatikan sejak ia masih dalam kandungan. Itulah kenapa, seorang ibu hamil harus menjaga asupan makanan yang masuk ketubuhnya. Karena saat hamil, bukan hanya sang ibu yang akan menerima manfaat atau mudharat dari apa yang dikonsumsi. Sang anak pun demikian.

Sedangkan nutrisi setelah anak dilahirkan dimulai dengan melakukan IMD atau Inisiasi Menyusui Dini. Ini adalah proses dimana sang bayi diletakkan didada sang ibu segera setelah lahir, dimana kondisi kulit ibu dan anak harus saling bersentuhan. Hal ini baik bagi psikologis keduanya.

Ini Bukunya
Nutrisi kehidupan selanjutnya adalah ASI atau Air Susu Ibu. Orang tua harus memastikan bahwa sang anak HANYA diberi ASI ketika usianya 0-6 bulan TANPA ada tambahan asupan apapun. Kenapa ASI? Karena asi memiliki nutrisi alami untuk ketahanan tubuhnya, terutama sekali pada ASI yang pertama kali keluar. Biasanya berwarna kekuningan atau disebut kolestrum. ASI juga sesuai dengan kondisi pencernaan bayi yang belum matang sempurna karena mudah dicerna oleh bayi. Saat bayi TELAH berusia enam bulan, barulah pemberian ASI didampingi dengan Makanan Pendamping Asi atau MP-ASI. Sedangkan ASI terus diberikan hingga usia 2 tahun.  Selain itu, tumbuh kembang anak juga harus didukung dengan pemberian imunisasi pada anak. Nah, untuk point ini saya merekomendasi ibu-ibu untuk membaca buku Kontroversi Imunisasi. Insyaallah, disana pembahasannya lengkap-kap-kap.

Dari sekian banyak hal yang disampaikan oleh dr. Bernie, beliau menekankan betapa pentingnya mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak di 1000 hari pertamanya. Karena pada masa ini, anak membutuhkan  nutrisi dan stimulasi yang tepat untuk mendukung tumbuh kembangnya sejak dini.

Lanjut kemateri kedua yang disampaikan oleh Dr. Rosemini Agoes Salim, M.Psi. Siapa beliau? Searching aja ya, mak. Mata udah sepet nih. Haha.....

Nah, ketika registrasi diawal, peserta diberi lembar kuisioner yang mesti diisi oleh peserta. Kuisioner tersebut berisi puluhan pertanyaan untuk mendeteksi, bagaimana kondisi psikologis peserta ketika menghadapi sebuah permasalahan, terutama berkaitan dengan anak.

Dari hasil kuisioner itu, terbagilah 3 kategori tingkat kecemasan seseorang dalam menghadapi masalah, yaitu:

a.       Si santai

b.      Si terkendali

c.       Si mudah panik



Dan saya masuk ke kategori SI SANTAI.

Ngomongin soal pengasuhan anak, sebagai orang tua (baru) biasanya kita diliputi banyak kecemasan. Perlu kita ketahui bahwa rasa cemas itu LUMRAH adanya, artinya tidak apa-apa. Hanya saja, tinggi-rendahnya akan mempengaruhi prilaki seseorang [ayah/bunda] dalam mengasuh buah hatinya. Jika terlalu tinggi, hal ini berpotensi menumbulkan konflik. Biasanya orang tua yang diliputi kecemasan yang begitu tinggi terhadap tumbuh kembang anaknya, akan memberikan stimulasi yang berlebih kepada sang anak. Padahal, diusia 1000 hari pertama kehidupannya, sang anak begitu peka dengan kondisi emotional orang tuanya, terutama ibu. Itulah kenapa, jika saat hamil sang ibu diliputi kecemasan yang berlebihan hingga sampai mengganggu psikologisnya, besar kemungkinan anak yang lahir nantinya akan cenderung menjadi anak yang gampang menangis, panik, rewel dan sebagainya. Hal ini tentu mengganggu tumbuh kembangnya.

Bersama Member RBW Tercinta :*

Namun, kondisi kecemasan yang berada pada level rendah atau biasa-biasa saja, berpotensi menghasilkan sikap cuek dan cendrung melalaikan masalah. Hal ini pun juga bukanlah kondisi yang ideal. Dikhawatirkan karena sikap melalaikan itu tadi membuat orang tua tidak peka jika ternyata telah terjadi penyimpangan dalam pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya.


Kondisi terbaik adalah berada pada posisi terkendali, dimana kondisi kecemasan orang tua memang berdasar pada panduan-panduan yang ada. Misalnya, pada usia 3-6 bulan, perkembangan anak usia tersebut diaspek motorik kasarnya seharusnya sang anak sudah bisa merayap maju-mundur. Tapi, diusianya yang memasuki usia 12 bulan, sang bayi belum bisa melakukan hal demikian. Dalam kondisi ini, orang tua mesti cemas dan segera memeriksakan buah hatinya.

Ditengah sesi kedua ini, peserta disuguhi video proses perjalanan berkembangnya janin dari mulai sel sperma mencari sel telurnya hingga membentuk janin yang mencari jalan lahirnya. Sebenarnya videonya biasa aja. Searching di youtube juga rasanya ada. Hanya saja tadi disertai narasi dari pemateri yang memberikan kesadaran bahwa, “bayi itu juga berjuang, lho di sana....” Jadi ibu yang lagi hamil jangan mudah ngeluh, jangan gampang menggerutu. Iya, menjalani kehamilan itu ngga mudah. Bukan main payah. Tapi jangan sampai itu membuat kita ngga bersyukur. Apalagi jika kita sampai menyakiti fisik dan psikis anak saat di rahim maupun setelah lahir. [siapa tadi yang ikutan mewek? T_T]

Videonya bisa lihat di sini ya :)

Lalu bagaimana cara mengatasi kecemasan ini?

Intinya, perbanyak informasi. Jangan malu bertanya pada ahlinya. Ingat, pada AHLI-nya loh ya.

“… maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” (an-Nahl: 43)

Jika kita tidak tahu ilmu tentang tumbuh kembang anak, ya kita bertanya ke dokter spesialis tumbuh kembang anak. Bukan dokter spesialis apa saja alias dr. Google. Haha.... #alahgaring!

Intinya begitu. Perbanyak informasi. Setelah dapat informasi, jangan langsung ditelan bulat-bulat. Dikunyah dulu. Kemudian dicerna. Cek dan ricek lagi. Tabayyun. Perjelas referensi. Terpercaya atau tidak? Kalau pencernaan kita baik, kita pasti bisa memisahkan mana yang baik untuk disimpan, dan mana yang buruk untuk dibuang. #sokbijaksayanya


Member Komunitas Ibu Profesional Pekanbaru
Dimateri ini, Dr. Rosemini Agoes Salim menekankan proses stimulasi yang diberikan oleh orang tua di 1000 hari pertama kelahiran sang anak. Karena diusia ini sang anak ibarat sebuah spons, yang begitu cepat menyerap air. Air yang dapat diserap sebanyak pori yang ada dispons tersebut. Stimulasi yang benar akan membentuk kepribadian yang benar pada anak. Stimulasi yang salah akan berpengaruh pada karakternya dimasa yang akan datang.





Berikut tips dalam menstimulasi anak :

-   Cek selalu tumbuh kembang anak. Apakah sesuai dengan usianya atau tidak

-   Berikan stimulasi sesuai usianya melalui kegiatan sehari-hari. Namun jangan sampai overstimulasi

-   Dampingi dan respon baik setiap tindakannya

-   Jauhkan dari benda-benda berbahaya

-   Berikan kesempatan untuk eksplorasi

-   Harus ada kerjasama antara ayah dan bunda



Well, itu tadi materi dari Temu Pakar Millenial Parent Skill yang saya ikuti pagi tadi. Sejujurnya, agak kurang puas dengan materi yang disampaikan karena rasanya ‘rasa ingin tahu’ ini belum terpenuhi. Kenapa ya? Apa karena durasinya? Sepertinya iya. Karena acara terlambat dimulai. Jadi durasi penyampaian materinya juga ngga lama. Sesi diskusi juga terbatas. Padahal masih banyak hal yang ingin ditanyakan dan dipelajari. Dan, point Millenial Parent Skill-nya itu kurang gregeet, gitu. Gimana yaaa... Ya, begitulah.

Tapi secara keseluruhan acaranya 'daging' semua. Bertabur hadiah. Pulang-pulang bawa dua goodie bag yang isinya bermanfaat Insyaallah. Yang pasti berbahagianya karena belajarnya bareng pakar dan ibuk-ibuk pembelajar lainnya.  Mudah-mudahan lain waktu ada kesempatan lagi ketemu pakar seperti tadi.

Aamiin Yaa Robb..



#bolehsharedisertaisumber


Pekanbaru, 02/09/2018 
Ya Allah, baru sadar udah tanggsal 2 September. Kalau papa masih ada, papa milad hari ini :'( 
#alfatihah

6 Responses to "Review Materi Jumpa Pakar Millenial Parent Skill "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel