Pesan seorang Mahasiswi dari balik Jeruji
“Jika
engkau ingin tahu makna kebebasan. Tanyakan pada mereka yang merasakan
dinginnya dipenjarakan”
Hari
ini [23.01.2014], beberapa pengurus UKMI Arroyyan UR beserta relawan Rumah
Zakat Pekanbaru, melaksanakan kegiatan kunjungan ke Lapas Wanita kelas II B
sekitar pukul 9 pagi tadi. Kegiatan itu berisi beberapa rangkaian agenda,
diantaranya Pemberian Tausiah keagamaan bersempena Hari Maulid Nabi Saw yang
disampaikan oleh Ust. Umar Khatab dan pemberian 215 Alqura’an kepada penghuni
Lapas tersebut.
Seusai
tausiah singkat diberikan, Ustadz Umar yang sengaja diundang untuk mengisi
kegiatan tersebut, memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya mengenai
beberapa hal tentang tausiah yang disampaikan atau di luar tema tausiah yang
diberikan. Namun tidak ada satu pun penghuni Lapas yang mengambil moment
tersebut. untuk mengisi waktu yang masih luang, Pak Ustadz yang justru
memberikan pertanyaan kepada peserta kegiatan dengan diembel-embeli hadiah
berupa tambahan kue kotak. J
Tiba-tiba
terbersit di hati saya untuk memberikan sebuah hadiah kepada mereka. Tapi apa?
saya tak memiliki apa-apa untuk diberikan. Saya melihat ke dalam tas, ada
sebuah buku yang sengaja saya bawa dari rumah. Buku itu rencananya akan
dipinjamkan kesalah satu kakak pengurus Arroyyan. Tapi beliau tidak hadir untuk
mengikuti kegiatan tersebut.
Sedikit
saya ceritakan tentang buku yang rencanakan untuk saya hadiahkan.
Bukunya
berjudul “The Perfect Muslimah” karya seorang penulis bernama Ahmad Rifa’I Rifan.
Buku itu saya beli setahun lalu. Buku yang berisi motivasi untuk muslimah agar
bisa menjadi seorang muslimah yang Indah akhlaknya, Teduh Parasnya, Brilian
Otaknya, Mantap agamanya, Luas pergaulannya, dahsyat prestasinya dan hebat
kontribusinya. Buku tersebut direncakan
akan dibedah pada acara bedah buku yang Insyaallah akan diadakan oleh Bidang Keputrian
UKMI Arroyyan, dengan menghadirkan penulisnya langsung dari Surabaya. [Ini
masih sebuah rencana. Semoga Allah memberikan pertolongan dan keberkahan kepada
panitia untuk dapat merealisasikan rencana ini. Aamiin]
Tapi
bukan itu inti dari catatan saya ini.
Saat Ustadz Umar Khatab memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
penghuni lapas, saya meminta izin kepada koordinator acara untuk memberikan
pertanyaan dengan memberikan buku itu sebagai sebuah imbalan. Setelah beliau
selesai mengisi, Bg Ari selaku MC saat itu mempersilahkan saya untuk mengambil
alih.
“Saya merasa malu dengan semangat Ibu-ibu dan kakak-kakak yang ada di sini. Kita tahu bahwa berada di sini membuat ibu-ibu dan kakak-kakak sekalian tidak dapat terhubung dengan dunia luar, bahkan untuk berinteraksi dengan keluarga pun menjadi sebuah kesulitan. Terkadang, kami selaku mahasiswa yang dapat menikmati kebebasan di luar sana, justru tidak dapat mensyukuri itu semua. Banyak mahasiswa, justru tidak memiliki semangat, bahkan lebih sering galau dengan permasalahan-permasalahan ringan. “
Kurang lebih begitu-lah kalimat pembuka saya.
“Saya mempunyai sebuah buku yang akan saya hadiahkan kepada salah seorang dari kakak-kakak dan ibu-ibu yang yang berani berbagi pengalamannya, kenapa bisa ada di sini, apa yang dialami selama di sini, dan dapat memberikan nasehat kepada kami sebagai mahasiswa.”
Saat saya mengucapkan kalimat di atas, saya khawatir tidak ada yang berani untuk mengajukan dirinya. [malu dong saya ^_^ ] Tapi, Alhamdulillah. Ada seorang gadis bergamis merah dan berkerudung, mengangkat tangan kanannya, menandakan ia mau berbagi pengalaman.
“Saya ada di sini karna kedapatan membawa sabu-sabu. Saya juga mahasiswa seperti kalian.”
Tak mampu saya membendung air mata
kala itu. Saya lihat beberapa pengurus Arroyyan dan Relawan Rumah Zakat pun
merasakan hal yang sama dengan saya. Begitu pula dengan ibu-ibu dan penghuni
lapas lainnya. Haru memenuhi ruang-ruang hati kami. Betapa saya malu dengan
mereka. Dalam kondisi terpenjara, mereka masih dapat berbagi walau dengan
sebuah untaian nasehat yang berharga.
“Hati-hati dalam berteman.” pesannya.
Usai memberikan nasehat kepada kami dan berbagi pengalamannya, ia datang kepada saya dan saya menyambutnya haru. Kemudian saya memberikan buku yang telah saya janjikan. Semoga bermanfaat :)
“Nama saya Rani juga.” Ucap saya selepas bersalaman dengan beliau, di depan seluruh yang hadir saat itu. Ya, beliau juga mempunyai nama yang sama dengan saya. Ia diancam hukuman 14 tahun. Ia adalah salah satu mahasiswi di sebuah universitas di pekanbaru, angkatan 2009. Usai acara digelar, kami berbondong-bondong menyalaminya. Memeluknya. Dalam bisikan dia memohon doa. “Doakan ya, mudah-mudahan hukumannya bisa dikurangi.”
Kami kembali haru.
Pagi itu jadi pengalaman berharga
bagi saya pribadi. Pun juga dirasakan oleh teman-teman dari pengurus UKMI
Arroyyan dan Relawan Rumah Zakat yang hadir kala itu. Kesyukuran menjadi
keharusan bagi kami dan tentunya bagi kita semua, atas nikmat bebas yang masih
kita rasakan.
Semoga kita dapat mengambil hikmah
dari penggalan kisah ini.
Untuk [Kak] Rani, semoga Kuat
[dalam kesabaran] :)
[ Terlepas dari apapun kesalahan yang pernah orang lain lakukan, sisipkanlah ruang di hati untuk memberikan kemaafan. Karna tak ada orang baik yang tak memiliki masa lalu, dan tak ada orang jahat yang tak memiliki masa depan [selagi nyawa masih di kandung badan]. Sekotor apapun masalalu kita, masa depan tetaplah masih suci. Bukanlah lebih baik menjadi Mantan Napi ketimbang menjadi mantan Kyai? ]
0 Response to "Pesan seorang Mahasiswi dari balik Jeruji "
Posting Komentar