Kenapa aku di uji?



Pernah ada seseorang yang bercerita kepadaku tentang masalah yang dihadapinya. Saat aku mencoba memposisikan diri sebagai dia, rasanya aku tidak akan mampu bertahan dalam kondisi yang saat itu ia alami. Ia bertanya kepadaku, kenapa harus ia yang mengalami cobaan seberat ini? Saat pertanyaan itu hadir, aku teringat sebuah dialog dalam film “Kiamat sudah dekat” garapan Dedi Mizwar beberapa tahun lalu.
Dialog itu terjadi antara Asrul dan ibunya. Asrul yang terlahir dari keluarga kurang mampu bertanya kepada sang Ibu yang berprofesi sebagai buruh cuci.
“Bu, kenapa kita diberi cobaan seperti ini?”
Sang ibu menjawab, “Karena Allah tahu kita mampu untuk menjalaninya.”
Begitulah kira-kira. Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban serupa.

Kenapa aku di uji?
Pernahkah kita bertanya seperti itu? Entah kepada teman, orang tua, atau kepada diri sendiri? Jawabannya kemungkinan besar pasti pernah. Lalu, adakah mendapatkan jawaban yang memuaskan? Jika belum, Allah telah menjawabnya dalam QS. Al-Ankabut ayat 2-3. Di dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa seorang hamba tidak akan dibiarkan mengatakan bahwa ia telah beriman, sebelum ia diuji. Jadi, ujian yang datang kepada kita itu adalah bentuk dari “test” yang Allah berikan, apakah kita memang benar telah beriman kepada-Nya atau hanya sekedar ucapan lisan.
Kenapa Aku Tidak Mendapatkan Apa Yang Aku Idam-Idamkan?
Terkadang, ujian yang kita rasa berat adalah disaat kita tidak mendapatkan sesuatu yang sangat kita harapkan. Contoh, ketika kita memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggii, namun jurusan yang kita dapatkan bukanlah seperti yang kita harapkan. Perasaan kecewa pun tak bisa ditolak. Hingga rasa down pun hadir di awal-awal perkuliahan. Tapi, life must go on!!
Ketika kondisi ini pernah dialami, maka ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 216, yang artinya “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “
Ya, Allah Maha Mengetahui! Ia tahu segala yang baik untuk kita, dan yang harus selalu kita ingat adalah Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah akan senantiasa memberikan apa yang kita butuhkan. Keinginan manusia itu tidak akan pernah ada habisnya. Jika Allah selalu memberikan apa yang kita inginkan, bukan tidak mungkin kita akan selalu meminta lebih dan lebih, hingga kesyukuran pun tidak hadir di jiwa-jiwa ini.
Kenapa Ujian Seberat Ini?
Ini lagi pertanyaan yang sering terlontar dari diri orang-orang yang sedang di uji. Pengertian “berat “ di sini relative, tergantung siapa yang sedang mengalaminya. Boleh jadi di PHK itu bukan ujian yang berat menurut si A, tapi berbeda dengan si B yang merasa di PHK itu adalah kondisi yang sangat berat untuknya. Ketika terbersit perasaan “berat” dalam hati kita, ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 286 yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Intinya, Allah tidak akan memberi ujian kepada seseorang melebihi batas kesanggupannya. Allah memberi ujian tersebut, karena Allah tahu bahwa kita mampu. Tapi ketika kita tidak mampu melewati ujian yang Allah beri, maka saat itu kita patut mempertanyakan keimanan kita!
Rasa Frustasi?
Ketika cobaan datang menghampiri, rasa frustasi pun terkadang tak bisa kita hindari. Merasa lemah dan tak mampu menjalani sisa hidup yang masih Allah berikan. Tapi Allah sudah memberi larangan dan  kabar gembira dalam QS. Ali-Imran ayat 139 “ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. “
Orang yang mampu melewati ujian yang Allah berikan, berarti keimanan yang ia nyatakan bukan hanya tergantung di lisan. Orang yang tidak bersikap lemah dan bersedih hati, apalagi sampai frustasi atas ujian yang Allah beri, maka telah Allah persiapkan sebuah reward yaitu derajat yang tinggi. Ketika ujian datang, anggap saja itu sebagai “promosi jabatan” yang Allah berikan utuk kita.
Bagaimana aku harus menghadapinya?
Ujian yang Allah berikan adalah wujud dari kasih sayang Allah kepada hambanya. Ketika memberi ujian pun Allah sudah memberikan jalan keluarnya, yaitu sabar dan shalat. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 45. Berharaplah pertolongan dari Allah melalui dua hal tersebut. Selain itu, janganlah berharap pertolongan dari siapapun atau apapun. Karena orang beriman hanya menggantungkan harapnya hanya kepada Allah.
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” (QS. At-Taubah ayat 129)
Jika rasanya tidak mampu bertahan lagi, ingatlah firman Allah dalam QS. Yusuf ayat 87 yang berisi peringatan, “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. “
Apa yang aku dapat dari semua ini?
Dipenghujung ujian yang Allah berikan, ada hadiah yang telah Allah persiapkan bagi hambanya yang mampu melewati ujian demi ujian hanya dengan meminta pertolongan-Nya melalui sabar dan shalat dan hanya menggantungkan harap pada-Nya, yaitu surga!
Allah berfirman, dalam QS. At-Taubah ayat 111 “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”
 Subhanallah..
Mari kita berbenah dan terus berbenah agar semakin hari kualitas keimanan kita bertambah.
 Demikian,
wallahu’alam.

0 Response to "Kenapa aku di uji?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel